Waktu menunjukan
pukul setengah dua. Aku menghentikan tanganku yang sedang mengerjakan
tugas-tugas kuliah yang tidak pernah berakhir. Aku bersiap-siap berangkat ke
sekret PERKANTAS yang berada
di jalan Harmonika gang berlian Tanjung Sari. Aku segera memasukkan
laptop, buku-buku, dan baju ganti kedalam tas. Hari ini aku berencana menginap
di kos kawanku untuk belajar bersama karena besok kami akan ujian.
Rin, sehabis
dari perkantas kau langsung ke kos kawanmu ya? Tanya teman satu kamarku. “Iya
jel”, jawabku singkat sambil menyisir rambutku. Sebelum berangkat aku periksa
lagi tasku untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan. “Pergi ya jel” kataku
pada jelita. “Iya, hati-hati ya”, sahutnya. Aku langsung menuruni tangga kos
ku. aku langsung menaiki angkot 103 yang berhenti tepat di hadapanku. Aku dan
teman-temanku janji ketemu di jalan Pancing, dan mereka sudah tiba disana 10
menit yang lalu. Sesudah sampai aku langsung menemui mereka. senyum manis
tersungging dibibir mereka menyambut kehadiranku. “Sorry ya lama nunggu”,
kataku. “Gak apa-apa kok”, jawab mereka. “mana kak riris?”, tanyaku. “Masih di
jalan menuju kemari”, jawab salah satu dari mereka.
Lantas kami
menunggu kakak kami yang bernama Riris. Karena kami memang tidak tahu jalan ke
Perkantas. Setelah cukup lama menunggu, dan yang ditunggu-tunggu pun tidak
kunjung datang membuat kami bosan. Mataku tertuju pada gadis cantik di seberang
jalan sana, ku pastikan lagi dengan semakin memperhatikannya. Dan ternyata dia
adalah kak Missi. Dia berjalan ke arah kami. “Mana kak riris dek?” Tanyanya
pada kami. “Masih di jalan kak”, jawabku.
“Lama sekali kak
riris ini”,gerutuku dalam hati. Aku merasa kakiku sudah lelah berdiri terus,
ditambah lagi panas matahari ini. setelah kurang lebih satu jam menunggu,
akhirnya orang yang di tunggu-tunggupun tiba.
Sekarang kami tinggal menunggu angkot kuning no 10 menuju Perkantas. Ternyata angkotnya pun
tak kunjung datang. Ini benar-benar membuatku geram. Air minum pun mulai
berkurang. Aku menghapus keringatdi kening ku dengan tangan. Siang itu cukup
panas, sepanas hatiku yang sudah bosan menunggu angkot kuning. Dan akhirnya
penantian kami pun berakhir, angkot kuning no 10 muncul dari kejauhan. setelah
dekat kami langsung melambaikan tangan untuk menghentikan mobil itu. Angkot ini
cukup padat, sampai-sampai aku dan temanku harus duduk di bangku tempel. Di
bawah terik mentari angkot melaju dengan cepatnya,sesekali berhenti bila ada
penumpang yang mau turun dan mau naik. Di tengah perjalanan, kak Missi baru sadar
ternyata angkot yang kami tumpangi
salah. Sempat aku merasa takut, tapi melihat ekspressi wajah kak Missi yang
santai membuatku menjadi tenang kembali. “Mungkin kakak ini sering kali salah
angkot”, ungkapku dalam hati. Kak Missi mencoba bertanya pada penumpang lain
yang berada disampingnya, “mbak, angkot ini lewat jalan Dokter Mansyur ya?”.
“Saya kurang tahu mbak”, jawabnya singkat. aku mulai melihat kegelisahan di
wajah Kak Missi, dia menyuruh kami untuk bertanya kepada supirnya saja. Tapi
tidak salah satu dari kami yang berani, karena supirnya itu seram. Lalu kak
Missi memutuskan untuk bertanya kepada penumpang lain dengan pertanyaan yang
sama dengan sebelumnya. “gak kak, angkot ini gak lewat dokter Mansyur, kakak
harus nyambung lagi dari Pringgan”, jawabnya ramah.
“Pinggir pak”
kata kak Missi. Otomatis angkot langsung berhenti. Satu per satu kami menuruni
angkot kuning itu. Sembari menunggu angkot selanjutnya, kami sempat untuk
mengabadikan momen salah angkot. Kami berfoto ria di bawah lampu merah dan
panas terik. Kami memutuskan menyudahi foto-foto kami karena angkot sudah
datang, aku lupa angkot nomor berapa. Dengan semangat kami menaiki angkot ini.
aku melihat jam tanganku sudah jam setengah 3 lewat. “Aduh, terlambat lah ini”,
pikirku. “Tapi bisalah alasan terlambatnya karena salah angkot”, pikirku lagi.
ini adalah beberapa foto yang sempat ku abadikan.
Akhirnya kami
tiba di simpang jalan Harmonika. Aku
belum pernah ke tempat ini sebelumnya. “Itu kan bang Dedy”, ujar salah seorang
dari kami. “Iya loh”, sahut yang lain lagi. Kami langsung memanggil abang itu,
“bang dedy..”. seketika abang itu langsung menoleh kearah kami. “Tahu kan
sekretnya?, Tanya nya pada kami. “Tahu bang, gang Berlian kan?, jawab kak
Missi. “Iya dek, duluanlah kalian, abang masih nunggu bang Erix”, jawabnya.
“Oke bang”, kata kak Missi.
Kami menyusuri
jalan harmonica, gang demi gang sudah kami lalui, tampaknya gang berlian masih
jauh. Dengan ransel yang cukup berat di pundak, kami berjalan dengan semangat.
Dan tibalah kami di depan gang Berlian. Dan ternyata masih berjalan lagi.
Dengan sisa tenaga yang ada, kami berjalan hingga sampailah di depan sebuah
rumah yang cukup besar dan berloteng. Aku tidak mengenal salah satu diantara
wajah-wajah yang ada disana. Kami langsung naik ke lantai 2, seperti yang sudah
dipesankan bang dedy tadi. Ruangan ini
tidak lah besar dengan hanya beberapa
kursi disana, sebuah kipas angin, dan papan tulis. Kami pun langsung duduk dan
menunggu mentor kami.
No comments:
Post a Comment