Sunday, June 2, 2013

Perjalanan ke Perkantas 26 Mei 2013

Waktu menunjukan pukul setengah dua. Aku menghentikan tanganku yang sedang mengerjakan tugas-tugas kuliah yang tidak pernah berakhir. Aku bersiap-siap berangkat ke sekret  PERKANTAS yang  berada  di jalan Harmonika gang berlian Tanjung Sari. Aku segera memasukkan laptop, buku-buku, dan baju ganti kedalam tas. Hari ini aku berencana menginap di kos kawanku untuk belajar bersama karena besok kami akan ujian.
Rin, sehabis dari perkantas kau langsung ke kos kawanmu ya? Tanya teman satu kamarku. “Iya jel”, jawabku singkat sambil menyisir rambutku. Sebelum berangkat aku periksa lagi tasku untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan. “Pergi ya jel” kataku pada jelita. “Iya, hati-hati ya”, sahutnya. Aku langsung menuruni tangga kos ku. aku langsung menaiki angkot 103 yang berhenti tepat di hadapanku. Aku dan teman-temanku janji ketemu di jalan Pancing, dan mereka sudah tiba disana 10 menit yang lalu. Sesudah sampai aku langsung menemui mereka. senyum manis tersungging dibibir mereka menyambut kehadiranku. “Sorry ya lama nunggu”, kataku. “Gak apa-apa kok”, jawab mereka. “mana kak riris?”, tanyaku. “Masih di jalan menuju kemari”, jawab salah satu dari mereka.
Lantas kami menunggu kakak kami yang bernama Riris. Karena kami memang tidak tahu jalan ke Perkantas. Setelah cukup lama menunggu, dan yang ditunggu-tunggu pun tidak kunjung datang membuat kami bosan. Mataku tertuju pada gadis cantik di seberang jalan sana, ku pastikan lagi dengan semakin memperhatikannya. Dan ternyata dia adalah kak Missi. Dia berjalan ke arah kami. “Mana kak riris dek?” Tanyanya pada kami. “Masih di jalan kak”, jawabku.
“Lama sekali kak riris ini”,gerutuku dalam hati. Aku merasa kakiku sudah lelah berdiri terus, ditambah lagi panas matahari ini. setelah kurang lebih satu jam menunggu, akhirnya orang yang di tunggu-tunggupun tiba.  Sekarang kami tinggal menunggu angkot kuning  no 10 menuju Perkantas. Ternyata angkotnya pun tak kunjung datang. Ini benar-benar membuatku geram. Air minum pun mulai berkurang. Aku menghapus keringatdi kening ku dengan tangan. Siang itu cukup panas, sepanas hatiku yang sudah bosan menunggu angkot kuning. Dan akhirnya penantian kami pun berakhir, angkot kuning no 10 muncul dari kejauhan. setelah dekat kami langsung melambaikan tangan untuk menghentikan mobil itu. Angkot ini cukup padat, sampai-sampai aku dan temanku harus duduk di bangku tempel. Di bawah terik mentari angkot melaju dengan cepatnya,sesekali berhenti bila ada penumpang yang mau turun dan mau naik. Di tengah perjalanan, kak Missi baru sadar ternyata  angkot yang kami tumpangi salah. Sempat aku merasa takut, tapi melihat ekspressi wajah kak Missi yang santai membuatku menjadi tenang kembali. “Mungkin kakak ini sering kali salah angkot”, ungkapku dalam hati. Kak Missi mencoba bertanya pada penumpang lain yang berada disampingnya, “mbak, angkot ini lewat jalan Dokter Mansyur ya?”. “Saya kurang tahu mbak”, jawabnya singkat. aku mulai melihat kegelisahan di wajah Kak Missi, dia menyuruh kami untuk bertanya kepada supirnya saja. Tapi tidak salah satu dari kami yang berani, karena supirnya itu seram. Lalu kak Missi memutuskan untuk bertanya kepada penumpang lain dengan pertanyaan yang sama dengan sebelumnya. “gak kak, angkot ini gak lewat dokter Mansyur, kakak harus nyambung lagi dari Pringgan”, jawabnya ramah.
“Pinggir pak” kata kak Missi. Otomatis angkot langsung berhenti. Satu per satu kami menuruni angkot kuning itu. Sembari menunggu angkot selanjutnya, kami sempat untuk mengabadikan momen salah angkot. Kami berfoto ria di bawah lampu merah dan panas terik. Kami memutuskan menyudahi foto-foto kami karena angkot sudah datang, aku lupa angkot nomor berapa. Dengan semangat kami menaiki angkot ini. aku melihat jam tanganku sudah jam setengah 3 lewat. “Aduh, terlambat lah ini”, pikirku. “Tapi bisalah alasan terlambatnya karena salah angkot”, pikirku lagi.




ini adalah beberapa foto yang sempat ku abadikan.

Akhirnya kami tiba di simpang  jalan Harmonika. Aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya. “Itu kan bang Dedy”, ujar salah seorang dari kami. “Iya loh”, sahut yang lain lagi. Kami langsung memanggil abang itu, “bang dedy..”. seketika abang itu langsung menoleh kearah kami. “Tahu kan sekretnya?, Tanya nya pada kami. “Tahu bang, gang Berlian kan?, jawab kak Missi. “Iya dek, duluanlah kalian, abang masih nunggu bang Erix”, jawabnya. “Oke bang”, kata kak Missi.

Kami menyusuri jalan harmonica, gang demi gang sudah kami lalui, tampaknya gang berlian masih jauh. Dengan ransel yang cukup berat di pundak, kami berjalan dengan semangat. Dan tibalah kami di depan gang Berlian. Dan ternyata masih berjalan lagi. Dengan sisa tenaga yang ada, kami berjalan hingga sampailah di depan sebuah rumah yang cukup besar dan berloteng. Aku tidak mengenal salah satu diantara wajah-wajah yang ada disana. Kami langsung naik ke lantai 2, seperti yang sudah dipesankan  bang dedy tadi. Ruangan ini tidak lah besar dengan hanya  beberapa kursi disana, sebuah kipas angin, dan papan tulis. Kami pun langsung duduk dan menunggu mentor kami.

No comments:

Post a Comment