BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menjaga keteraturan
metabolisme dan pertumbuhan, sel perlu melakukan pengaturan, antara lain,
pengaturan sintesis protein. Kontrol
genetik yg dilakukan mengacu pada pengendalian
transkripsi mRNA yg dibutuhkan untuk sintesis protein.
Pada sel prokariotik, proses
pengaturan ini melibatkan induksi atau represi sintesis enzim oleh protein
regulasi yang dapat mengikat DNA , baik memblok atau meningkatkan fungsi RNA
polimerase, enzim yang diperlukan untuk transkripsi. Protein regulasi merupakan
bagian dari salah satu operon atau regulon. Regulatory protein dapat berfungsi baik
sebagai represor atau aktivator
Biosintesis protein alami sama
dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi
RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.
Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam
amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein
yang memiliki fungsi penuh secara biologi (Arbayah,
Siregar. 1990).
BAB II
PEMBAHASAN
Seluruh kegiatan biosintesis,
modifikasi hasil biosintesis dan jalur sekresi diaur oleh bahan inti dan
dilaksanakan oleh organelle khusus sel. Organella yang berperan dalam proses
biosintesi diantaranya Retikulum Endoplasma, Ribosom dan Kompleks Golgi.
A.
RETIKULUM ENDOPLASMA
Retikulum Endoplasma apabila diamati
tampak berupa lembaran yang terlipat-lipat, mengelilingi suatu ruangan yang
disebut lumen atau sisterna yang berbentuk labirin. Apabila diamati lebih dalam
RE terdiri dari tubulus-tubulus, vesikel dan kantong-kantong pipih yang
menempati ruang sitoplasma. Membrane RE sifatnya kontiniu dan tidak terputus,
serta tertutup membentuk lumen yang memisahkan dengan lingkungan sitoplasma.
Retikulum Endoplasma terdiri dari
dua bentuk yaitu Retikulum Endoplasma kasar atau Retikulum Endoplasma granular
disebut demikian karena permukaan luar membrannya ditempeli oleh ribosom dan
Retikulum Endoplasma halus atau Retikulum Endoplasma agranular disebut demikian
karena permukaan luar membrannya tidak ditempeli oleh ribosom.
Gambar 1. Retikulum endoplasma kasar dan Retikulum
endoplasma halus.
Keduanya berbeda dalam bentuk dan
susunannya, REK merupakan tumpukan kantong-kantong pipih yang disebut sisterna,
sedangkan REH merupakan anyaman saluran-saluran halus. Fungsi membrane RE tidak
simetris, meskipun ketidaksimetrisan ini tidak hanya tergantung pada ada
tidaknya ribosom saja (Sumadi dan Aditya
Marianti,2007).
Beberapa enzim penting yang terdapat
pada RE adalah (1) glukosa-6-fosfatase yang berfungsi untuk metabolisme
karbohidrat, (2) sitokrom P450 yang berfungsi sebagai transpor elektron dan
reaksi hidroksilasi, dan (3) sitokrom b5 yang berfungsi sebagai transpor
elektron. Cairan pada lumen RE mengandung holoprotein, glikoprotein,
lipoprotein dan sejumlah enzim hidrolase.
B.
RETIKULUM ENDOPLASMA SEBAGAI PUSAT BIOSINTESIS SEL
Butir-butir ribosom pada membran REK
akan mensintesis rantai polipeptida, yang elongasinya(pemanjangannya) tidak
berada di sitosol melainkan menembus merman RE. sebagian dari polipeptida ini
tetapa berada didalam membrane menjadi protein transmemran, sedangkan bagian
yang lain dilepas di dalam sisterna RE. Protein transmembran yang dihasilkan
diperuntukkan bagi membrane sel organela lainnya, sedangkan protein-protein
yang dituangkan kedalam lumen RE diperuntukkan bagi organelle lainnya atau
disekresikan.
Sintesis protein transmembran dan
luminal dilakukan oleh polisoma yang menempel pada membrane RE serta melibatkan
dua jenis reseptor. Reseptor pertama untuk mengenali ribosom subunit besar yang
akan mengikat ribosom pada membrane RE sehingga memungkinkan terjadinya
pemindahan rantai polipeptida dari sitosol ke lumen RE. Sedangkan reseptor
kedua mengikat ujung 3’ mRNA yang akan diterjemahkan. Pada mRNA terdapat kodon
untuk polipeptida isyarat. Penerjemahan ini terjadi di sitosol yang mempunyai
molekul pengenal isyarat (SRP=Signal
Recognition Particle). SRP ini akan mengikat polipeptida isyarat segera
setelah terbentuk kompleks SRP dan polipeptida isyarat ini akan segere
mengikatkan diri pada reseptornya yang terdapat di membrane RE.
Proses sintesis protein terjadi di
REK yang telah diuraikan pada gambar dibawah (a) mRNA menginisiasi sintesis
protein dengan mengikat subunit ribosom, (b) segmen pertama dari polipeptida
yang baru diterjemahkan dari ribosom adalah sinyal N-terminal.(c) akibat
bertubrukan dengan RE sinyal yang sifatnya hidrofobik akan menetrasi kedalam
membrane. (d) sintesis protein berjalan terus, pertumbuhan rantai polipeptida
meluas menembus membran mengikuti sinyalnya.
Gambar 2. Skema proses sintesis protein di REK yang
melibatkan sinyal N-terminal untuk memulai prose terjadinya penempelan ribosom
di REK pada waktu proses sintesis protein.
Jika protein akan disekresikan,
seluruh rantai polipeptida mengikuti sinyalnay akan menembus membrane Re dan
masuk kedalam ruang RE. Jika protein terbenam didalam membrane, satu atau lebih
sinyal stop transfer akan menahan gerakan protein menenmbus membrane. (e)
sesudah pertumbuhan polipeptida memanjang memasuki atau melalui membrane RE,
sinyal didegradasi oleh enzim peptidase yang terbenam didalam membrane. (f)
setelah disintesis lengkap, subunit ribosom terlepas dari mRNA dan lepas dari
RE. mRNA dibebaskan atau terikat pada
membran RE dengan ribosom yang lain untuk menerjamahkan pesan yang sama.
Setelah molekul protein selesai disintesis
akan terjadi perpindahan molekul tersebut dari sitosol ke mitokondria,
kloroplas, dan peroksisom melibatkan hodrolisis ATP yang terdapat disitosol.
Tenaga dari ATP digunakan untuk mengurai lipatan-lipatan molekul protein yang
akan dipindahkan. Selain itu untuk menyisipkan dan mendorong masuknya molekul
protein kedalam lumen organelle tersebut juga diperlukan tenaga.
Selain potein, didalam Re juga
terjadi proses sintesis Fosfolipid dan kolesterol. Proses sintesisnya terjadi
di membrane RE. fosfolipid dan kolesterol yang disintesis pada umumnya
digunakan untuk memperbaiki membrane sel atau membrane organelle yang rusak.
Fosfolipid yang disintesis kebanyakan adalah fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin
disintesis dari gliserol-fosfat dan kolin. Molekul-molekul ini pada walnya
berad di sitosol membrane RE kemudian oleh aktivitas protein pemindah yang
disebut flipase akan menyebabkan fosfatidilkolin dipindahkan ke sitosol belahan
luminal membrane RE, sedangkan fosfatidilserin dan fosfatidil inositol tetap berada
di sitosol membrane RE (Sumadi dan
Aditya Marianti,2007).
C.
RIBOSOM
Ribosom merupakan tempat sel membuat
protein. Sel yang memiliki laju sintesis protein yang tinggi secara khusus
memiliki jumlah ribosom yang banyak. Misalnya, sel hati manusia memiliki
beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan jika sel yang aktif dalam mensintesis
protein juga memiliki nucleoli yang terlihat jelas.
Gambar 3. Ribosom bebas maupun ribosom terikat melimpah jumlahnya dalam
mikrograf electron bagian sel pancreas.
Ribosom membangun protein dalam dua
lokasi sitoplasmik. Ribosom bebas tersuspensi dalam sitosol, sementara ribosom
terikat dilekatkan pada bagian luar jalinan membrane yang disebut reticulum
endoplasmic. Sebagian besar protein yang dibuat oleh ribosom bebas akan
berrfungsi didalam sitosol, contohnya ialah enzim-enzim yang mengkatalisi
proses metabolism yang bertempat di sitosol. Ribosom terikat umunya membuat
protein yang dimaksudkan untuk dimasukkan kedalam membrane, untuk pembungkusan
dalam organel tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel. Sel
yang terspesialisasi dalam sekresi protein misalnya, sel pancreas dan kelenjer
lain yang mensekresi enzim-enzim pencernaan seringkali bagian terbesarnya
berupa ribosom terikat. Ribosom terikat dan bebas secar structural identik dan
dapat saling bertukar tempat, dan selnay dapat menyesuaikan jumlah relative
dari masing-masing jenis ribosom begitu metabolismenya berubah (Neil A. Campbell, 2002).
Ribosom merupakan organel yang
memegang peranan penting dalam proses sintesis protein. Didalam sintesis
protein, ribosom dibantu mRNA, tRNA, rRNA, dan faktor-faktor protein.
D.
SINTESIS PROTEIN
Oleh karena molekul DNA sebagai
sumber informasi yang terdapat dalam inti, tidak mungkin secara langsung
digunakan dalam sitoplasma untuk sintesis protein, maka DNA sebagai sandi perlu
disalin dalam sandi lain yaitu sebagai molekul messenger RNA (mRNA). Peristiwa
penyalinan molekul DNA menjadi mRNA dinamakan transkripsi. Transkripsi DNA
dilakukan untuk setiap satuan 3 nukleotid (kodon), tetapi karena mRNA tidak
memiliki basa Timin, melainkan gugus urasil, maka urutan basa pada mRNA akan
sedikit berbeda.
Hasil transkripsi dalam bentuk mRNA
ditransportasikan ke sitoplasma melalui lubang-lubang selubung inti.
Selanjutnya mRNA akan diterjemahkan (translasi) menjadi polipeptid atau protein
dengan dasar bahwa setiap “kata” nukleotid untuk satu jenis asam amino.
Messenger RNA merupakan untaian
molekul nukleotid yang bentuknya komplementer dengan molekul DNA yang dipakai
sebagai pola dalam transkripsi. Perbedaan mendasar terhadap DNA yaitu :
a.
berbentuk satu untai
b.
gugus basa: adenine, cytosine, guanine, urasil
c.
gugus gula ribose.
Cara transkripsi mRNA dengan
menggunakan molekul DN sebagai pola yang memerlukan enzim polymerase sebagai
berikut :
a.
basa T pada DNA ditranskripsi menjadi basa A pada mRNA
b.
basa A pada DNA ditranskripsi menjadi basa U pada mRNA
c.
basa C pada DNA ditranskripsi menjadi basa G pada mRNA
d.
basa G pada DNA ditranskripsi menjadi basa C pada mRNA.
Setiap kodon (rangkaian 3 nukleotid)
pada DNA ataupun transkripsinya pada mRNA akan menentukan jenis asam amino yang
akan menyusun polipeptid atau protein (
Subowo, 1995 ).
E.
MEKANISME SINTESIS PROTEIN
Secara garis besar proses sintesis
protein terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1.
Tahap Pemrakarsaan ( Inisiasi )
Tahap inisiasi diawali dengan
pemisahan ribosom subunit besar dan ribosom subunit kecil. Langkah kedua adalah
Met-tRNA berinteraksi dengan GTP, selanjutnya langkah ketiga adalah kombinasi
Met-tRNA dan GTP akan bergabung dengan ribosom subunit kecil, akibatnya langkah
keempat ribosom subunit kecil akan siap bersatu dengan mRNA dalam suatu reaksi
kompleks yang melibatkan hidrolisis ATP, penyatuan ini diawali dengan
penempelan tudung 5’ mRNA pada ribosom subunit kecil untuk kemudian ribosom ini
akan bergerak terus sepanjang mRNA sampai bertemu dengan kodon pemrakarsa AUG.
Selanjutnya langkah kelima adalah
penyatuan ribosom subunit kecil dan ribosom subunit besar yang disertai dengan
hidrolisisGTP menjadi GDP. Gabungan antara ribosom dengan mRNA dan Met-tRNA
menandakan selesainya tahap pemrakarsaan untuk kemudian siap masuk ke tahap
pemanjangna atau elongasi.
2.
Tahap Pemanjangan (Elongasi)
Dalam proses elongasi ribosom akan
bergerak sepanjang mRNA untuk menerjemahkan pesan yang dibawa oleh mRNA dengan
arah gerakan dari 5’ ke 3’. Langkah pertama dari proses elongasi adalah reaksi
pengikatan aminoasil tRNA (AA2) dengan GTP. Langkah kedua kompleks ini kemudian
terikat pada ribosom sisi A. Langkah ketiga GTP dihidrolisis, Met-tRNA terdapat
pada sisi P dan aminoasil-tRNA (AA2) pada sisi A siap untuk membentuk rantai
peptida pertama.
Langkah keempat metionin yang
digandeng oleh tRNA inisiato pada sisi P mulai terikat dengan asam amino yang
dibawa oleh tRNA pada sisi A dengan ikatan peptide membentuk dipeptida,
sehingga sisi P ribosom menjadi kosong. Reaksi ini dikatalis oleh peptidil
transferase yang dihasilkan oleh ribosom subunit besar. Langkah kelima petidil
tRNA berpindah ke sisi P akibat pergeseran ribosom ke arah 3’ dan terbukalah
kodon berikutnya pada sisi A dan siap dimasuki oleh tRNA berikutnya.
Setelah kedua tempat diribosom
terisi oleh tRNA yang menggandeng asam amino masing-masing, asam-asam amino
akan berada sangat berdekatan, akibatnya akan terjadi ikatan peptide diantara
keduanya. Terjadinya ikatan antara kedua asam amino ini dikatalisis oleh enzim
peptidil transferase. Peptidil transferase bekerja sama dengan enzim
deasilase-tRNA akan memutuskan ikatan antara tRNA dengan asam amino yang digandengnya.
3.
Tahap Penghentian (Terminasi)
Penerjemahan akan berhenti apabila
kodon penghenti (UAA,UAG, atau UGA) masuk ke sisi A. hal ini terjadi karena
tidak ada satupun tRNA yang memiliki antikodon yang dapat berpasangan dengan
kodon-kodon penghenti. Sebagai ganti molekul tRNA, masuklah factor pembebas
atau RF
(Release Factor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipeptida yang telah usai dibentuk dari tRNA yang terakhir. Ribosom kembali terpisah menjadi unit besar dan unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian akan berfungsi lagi jika ada penerjemahan baru.
(Release Factor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipeptida yang telah usai dibentuk dari tRNA yang terakhir. Ribosom kembali terpisah menjadi unit besar dan unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian akan berfungsi lagi jika ada penerjemahan baru.
Gambar 4. Tiga tahap utama sintesis protein. Tahap 1
adalah Tahap Pemrakarsaan ( Inisiasi ), tahap 2 Tahap Pemanjangan (Elongasi),
dan tahap 3 adalah Tahap Penghentian (Terminasi)
F.
KOMPLEKS GOLGI
Kompleks golgi ditemukan oleh C.
Golgi (1898) pada sel saraf yang berbentuk seperti jala, letaknya didekat
inti. Ahli sitologi yang bernama
Perrincito (1910) mengemukakan organel aparat golgi terdiri dari sekelompok
jalinan (diktiosom). Penggunaan
mikroskop elektron Mollenhauer (1967) menemukan organel aparat golgi, yang
banyak dijumpai pada sel hewan dan sel tumbuhan.
Sel-sel sekresi (secretory), aparat
golgi berfungsi sebagai rantai sekresi.
Bagian kompleks golgi yang berdekatan dengan retikulum endoplasma
berbentuk cembung disebut permukaan luar (foming face) dan permukaan dalam
berbentuk cembung (maturing face).
Urutan pada waktu sekresi adalah RE – gelembung transisi – permukaan
luar – permukaan dalam – gelembung sekresi – membran plasma – luar sel.
Enzim yang terdapat pada kompleks
golgi diantaranya adalah glikosiltransferase, oksidoreduktase, fosfatase,
kinase, transferase dan mannosidase.
Untuk enzim tanda pada aparat golgi adalah glikosiltransferase. Enzim ini berfungsi sebagai biosintesis
glikoprotein dan glikolipid. Pengemasan
protein maupun lipid berkarbohidrat tinggi diawali di RE dan dilanjutkan di
aparat golgi, atau hanya terjadi pada aparat golgi saja. Sintesis pectin dan hemiselulosa dinding sel
tumbuhan hanya berlangsung di aparat golgi.
1.
Biosintesis Glikoprotein.
Glikoprotein merupakan bahan utama
dalam sekresi berbagai kelenjar endokrin maupun eksokrin, sebagai substansi
dasar intraseluler, dan komponen membran sel.
Kompleks Golgi mempunyai bentuk/ukuran berubah-ubah,
hal ini berkaitan dengan adanya fungsi sintesis glikoprotein dan
glikolipid. Apabila glikoprotein dan
glikolipid yang disintesis lebih banyak, maka simpanannya juga lebih banyak
sehingga aparat golgi juga lebih besar.
Glikoprotein yang dipergunakan untuk
penyusunan membran plasma tidak pernah dilepaskan pada lumen kompleks golgi,
tetapi membentuk Vesikula dan akhirnya berfusi dengan membran plasma. Sedangkan
Glikoprotein untuk sekretoris dilepaskan ke lumen, kemudian terjadi pertunasan
dan membentuk Vesikula yang akhirnya menuju permukaan sel untuk
dikeluarkan/disekresikan (Reksoatmodjo,S.M.I,
1994).
BAB III
PENUTUP
Seluruh kegiatan biosintesis,
modifikasi hasil biosintesis dan jalur sekresi diaur oleh bahan inti dan
dilaksanakan oleh organelle khusus sel. Organella yang berperan dalam proses
biosintesi diantaranya Retikulum Endoplasma, Ribosom dan Kompleks Golgi
Ada
tiga proses dalam mekanisme sintesis protein yaitu:
1.
Pemrakarsaan (Initiation)
Menempelnya ribosom sub unit kecil
pada mRNA tidak pada sembarang tempat, melainkan pada pada tempat khusus
sebelum kodon pemrakarsaan dari gen yang akan di salin, tempat khusus ini
disebut tempat pengikat ribosom. Pada mRNA eukariotik tidak memiliki tempat
pengikat ribosom, sebagai gantinya mereka memiliki struktur tudung.
2.
Perpanjangan (Elongation)
EF-Tu dan EF-Ts. GTP diperlukan
sebagai penghasil tenaga. dua buah tempat tRNA terisi oleh tRNA yang bermuatan
asam amino, dan kedua asam amino inio berada sangat berdekatan, terjadilah
ikatan peptida antara gugus karboksil dari Fmet dan gugus amin dari asam amino
yang kedua. reaksi ini menggunakan katalisator enzim transferase peptidil, yang
kemungkinan merupakan kombinasi beberapa jenis protein ribosomal.
3.
Pemberhentian (Terminator)
Pemberhentian terjadi apabila kodon
berhenti (UAA, UAG, atau UGA) masuk ke tempat A. Tidak ada molekul tRNA satu
pun yang memiliki anti kodon yang dapat berpasangan basa dengan kodon-kodon
penghenti. Sebagai ganti molekuil tRNA, masuklah factor pembebas RF ke tempat A
DAFTAR PUSTAKA
Arbayah,
Siregar. 1990. Biologi Sel. Bogor:
IPB
Campbell,
Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Reksoatmodjo,S.M.I.
1994. Biologi Sel. Jakarta:
ProyekPembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Kependidikan
Subowo.
1995. Biologi Sel. Bandung:
Percetakan Angkasa
Sumadi,
dan Marianti, Aditya. 2007. Biologi Sel.
Yogyakarta: Graha Ilmu
No comments:
Post a Comment